Nabi berpesan, “Suami janganlah dengarkan rintihan dari wanita mana saja yang tengah mempunyai maslah. Begitu halnya istri, janganlah dengarkan keluhan dari lelaki manapun yang mempunyai permasalahan, karena kegelisahan bakal buka pintu-pintu celaka”
Hadits diatas terang sekali melarang seseorang suami dengarkan keluh kesah wanita lain, serta melarang seseorang istri dengarkan keluh kesah lelaki lain. bhs gampangnya, seseorang suami serta istri janganlah terima curhatan dari orang lain.
Mengapa? Karena orang yang ingin bercurhat umumnya karena ada permasalahan yang bikin dianya gelisah, serta untuk mengobati kegelisahannya perlu orang lain, minimum dengan dengarkan keluh kesahnya.
Mengapa dalam hadits diatas larangannya pada orang yang dengarkan atau si pendengar? Karena bila larangannya diperuntukkan pada orang yang ingin bercurhat, disangka tak punya pengaruh, lantaran dia telah dikuasai oleh perasaan gelisah yang bikin dianya telah tak sadar.
Orang yg tidak sadar susah mengerti kalimat yang dibicarkan orang lain. Oleh karenanya, larangannya diperuntukkan pada orang yang fikirannya dalam keadaan normal, supaya tahu kalau orang yang ingin sharing itu tengah gelisah.
Dalam hadits diatas disebutkan, kegelisahan itu akan buka pintu-pintu celaka. Penulis miliki asumsi, maksud celaka itu yaitu mengakibatkan dapat mengganggu orang yang dengarkan curhatannya. Seumpama, bila seseorang suami yang dengarkan keluh kesah wanita lain, bisa saja dia semakin lebih perhatian daripada ke istrinya.
Karena keluh kesah itu pada biasannya bikin yang dengarkan terasa iba. Bila keluh kesahnya sukses jadikan suami itu terasa iba, dengan cara automatis dia lebih perhatian pada wanita itu, serta mengakibatkan istrinya diabaikan. Atau demikian sebaliknya, seseorang istri yang dengarkan keluh kesah lelaki lain. Mengakibatkan dapat sama saja.
So, orang yang telah mempunyai pasangan, lebih-lebih yang telah menikah, jangan pernah dengarkan keluh kesah dari orang lain. Maksud orang lain disini bukanlah keluarga. Bagaimana bila teman atau teman dekat dekat? Bila dapat, janganlah. Karena untuk melindungi sebagian peluang yang dapat mengakibatkan kerusakan jalinan cinta atau keluarga.
Dari permasalahan ke curhat
Object kajian hadits diatas lebih pada si pendengar keluh kesah (sharing). Saat ini penulis akan mengambil pemahaman dari hadits itu dengan object bahasannya lebih pada orang yang ingin bercurhat. Pembahsan ini diawali dari permasalahan yang mengantarkan orang itu untuk bercurhat. Pasti, yang disebut dengan orang yang bercurhat disini dia sudah mempunyai pasangan, baik telah halal maupun tidak.
Dalam kehidupan berpasangan, baik yang telah menikah maupun belum, tak selanjutnya rasakan kebahagiaan, ketenangan serta ketentraman. Tentu -tidak dapat dihindari- pada gilirannya tibalah keadaan serta kondisi yang penuh dengan permasalahan.
Tidak tahu, permasalahan itu benar-benar riil atau permasalahan yang nampak sebab kesalahpahaman. Saat berlangsung permasalahan di antara ke-2 pasangan, umumnya bikin keadaan jalinan mereka jadi tegang, yang menyebabkan satu diantara atau kduanya sama-sama berjauhan.
Nah, saat sama-sama berjauhan sesaat permasalahan belum teratasi, kegelisahan atau kebimbangan dan merta kuasai hati serta jiwa. Permasalahan yang bikin hati gelisah bakal makin merasa saat seorang tengah sendirian. Menyendiri di ruangan serta saat setiap hari serta malam.
Mengapa kok tak mendekat saja pada pasangannya? Sebentar dahulu, terdapat banyak alasan mengapa saat berlangsung permasalahan, satu diantara atau keduanya malas mendekat ke pasangannya.
Semestinya kan, saat terjadi permasalahan, pemecahannya diselesaikan berbarengan, tidakkah demikian? Ya memanglah, namun dalam permasalahan yang terkait dengan perasaan, tak segampang itu. Karena, permasalahan yang terkait dengan perasaan, sesungguhnya bukanlah semata masalahnya yang perlu di kerjakan. Pertama serta paling utama dikerjakan yaitu menentramkan atau mendamaikan perasaan terlebih dulu.
Mendamaikan perasaan itu tak dapat dengan cara mudah diselesaikan dengan mencari jalan keluar ke mana-mana. Perasaan yang tegang itu perlu saat untuk kembali tenang. Menyyelesaikan permasalahan perasaan,
kurang pilih kata atau sikap yang pas, bahkan juga penentuan saat yang pas itu butuh di perhatikan. Berarti, saat perasaan atau hati gelisah karena berlangsung permasalahan, serahkan saja pada saat. Biarlah saat yang mengikis sedikit untuk sedikit sampai babis, walau hati tetaplah merasa teriris.
Masalahnya, terkadang atau mungkin saja seringkali satu diantara atau keduanya tak dapat menahan gejolak perasaan saat ditimpa permasalahan. Saat tak dapat menahan gejolak perasaan bakal nampak perkataan atau sikap yang jadi bikin jalinan mereka makin tegang serta menjauh.
Dalam soal ini, umumnya satu diantara atau keduanya mencari tempat untuk mengadu atau bercurhat pada orang lain. karena memanglah, saat terjadi permasalahan untuk orang yg tidak dapat menahan gejolak perasaan, dia bakal terasa perlu orang lain cuma untuk jadikan tempat sharing.
Di waktu permasalahan berlangsung serta kegelisahan makin kuasai hati, sesaat masihlah saja menyendiri, serta terasa tak mampu menanti saat yang dinanti. Saat seperti berikut dia perlu orang lain. Bila dia tak dapat menahan gejolak hati, dia bakal melihat orang lain yang dapat berikan jalan keluar. Pada akhirnya, dia coba bercurhat pada orang lain berkaitan dengan permasalahan yang dirasakannya.
Bila bercurhat pada teman yang semacam serta berpihak pada jalinan keduanya, mungkin saja jalan keluar yang bakal di beri. Namun, bila bercurhat pada teman selain yang semacam serta terlebih tak berpihak pada jalinan keduanya, ini yang celaka. Bukanlah jalan keluar yang dijumpai, jadi bakal menghindari serta mengakibatkan kerusakan jalinan mereka. Dalam soal ini, maksud tak mensupport lebih pada, rekannya itu juga menyimpan hati serta mengharapkan memilikinya.
Saat ini mengulas sharing ke lain jenis. Sharing ke lain jenis, tak tahu dia rekan atau orang lain. bila dia terus-menerus bercurhat hingga terasa nyaman serta asik, akan menyebabkan munculnya perasaan atau menyimpan hati. Dia bakal mulai membanding-bandingkan orang yang jadikan tempat sharing itu dengan pasangannya.
Diawali dari terasa tempat curhatnya lebih perhatian, lebih dewasa karena dapat berikan soslusi, ingin dengarkan keluh kesahnya, serta bahkan juga terasa lebih –jika jadikan pasangan- kelihatannya semakin lebih sayang daripada pasangannya itu. Hingga, nampaklah bisikan dalam hatinya, “Kenapa saya tak milih dia dahulu, ya? ” bila dia temannya. Bila dia orang lain yang baru di kenal, dia akan menyampaikan, “Orang ini kelihatannya lebih pas untuk kujadikan pasangang hidupku”.
Sumber : Halimah Achmad
silakan di save serta berbagi.