DAMPAK NYATA GADGET PADA SHAFRAAN
Awal perjumpaan dengan gadget cocok Shafraan usia 10 bln.. Awalannya punya kebiasaan simak kakak kakaknya main game di tablet. Dari sebatas jadi pemirsa lama kelamaan dia jadi tertarik untuk mencoba.
Bersamaan menambahnya umur gadget adalah barang yg tak dapat terpisahkan dlm kesehariannya. Bermain beragam jenis game dapat hingga berjam2 bahkan juga game seperti lagu nina bobo untuk dia. Pokoknya main game dahulu baru dapat tidur.
Serta itu berjalan setiap hari. Awalannya saya membiarkan. Saya memberi. Saya memfasilitasi. Lantaran untuk saya gadget yaitu senjata ampuh saya untuk menentramkan dia. Waktu dia geram serta menangis saya pastinya akan membujuknya dengan bermain game. Serta memanglah dia akan segera tenang.
Di umurnya yg ke 2 th. sesungguhnya saya telah lihat tanda tanda ke'kaku'an dari caranya berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Misalnya saja bagaimana dia merespon permainan manual (mobil2an, pesawat, serta jenis permainan lain yg dia miliki). Pernah sekali saya merasakan dia cuma memegang mobil2annya sembari diam saja.
Tak ada gerakan seperti seseorang anak laki2 yg di beri mobil2an yg tentu telah memainkannya sembari mengikuti nada mobil. Dia kebingungan tebak saya. Karena sampai kini dia cuma punya kebiasaan menggerakkan jari2nya ikuti alur permainan dari dalam gadgetnya.
Keanehan yang lain serta yg paling mencemaskan yaitu kurangnya kosa kata yg dapat dia katakan. Walau sebenarnya anak2 seumuran dia semestinya telah dapat bicara dgn kosa kata yg lebih variasi. Dalam hati saya telah was was... cemas dengan perubahan anak lelaki satu-satunya saya.
Pernah konsultasi dengan dokter anak tentang adakah jalinan pada kisah alergi tinggi yg di derita Shafraan dengan keadaannya ini. Serta jawabannya yaitu tak ada. Besar kemungkinan pengaruhnya yaitu kurangnya hubungan dari orang-tua serta anggota keluarga yg kurang berkomunikasi/mer4ngsang Shafraan supaya perbanyak kosa katanya.
Serta hati kecil saya berbisik... gadget-lah penyebabnya. Mulai sejak waktu itu saya mulai membatasi pemakaian gadget dirumah. Kerapkali saya harus kewalahan hadapi tantrumnya Shafraan krn saya berkeras tak memberi gadget ke dia.
Dia ngamuk, nangis, melempar semuanya barang ke arah saya serta siapapun yg ada di dekatnya termasuk juga kakak2nya. Dia sulit makan, sulit tidur serta rewel. Begitu rewel. Itu berjalan sekitaran 3 hari. Serta selanjutnya kasihan. Tersebut alasan pada akhirnya saya memberi lagi gadget ke dia. Serta kondisi rumah jadi tenang kembali.
Puncaknya sekitaran 2 bln. yg lantas saya ke RS buat imunisasi si debay Raisha. Ketemu sama dokter di bagian tumbuh kembang anak yg komunikatif sekali. Semuanya persoalan kami tanyakan termasuk juga ajukan pertanyaan mengenai keadaan Shafraan. Pada akhirnya dokter cobalah mengetes motorik halusnya.
Serta akhirnya semuanya stimulator dapat Shafraan buat serta pertanyaan dari dokter dapat dia jawab meskipun kata2nya belum sangat terang. Alhamdulillah bermakna Shafraan normal2 saja. Mungkin saja cuma permasalahan saat saja hingga dia dapat bicara dgn terang krn setahu saya anak laki2 memanglah agak lambat masalah permasalahan bicara di banding anak wanita. Demikian pikir saya.
Namun nyatanya dokter miliki diagnosis lain.
Menurut dokter Shafraan saat ini dalam keadaan Speech delay atau keterlambatan bicara. Tak tanggung2 perubahan bicara Shafraan terlambat 1 th. dari umurnya yg telah 3 th. 4 bln. saat itu. Speech delay yaitu arti yg dipergunakan untuk mendeskripsikan ada kendala pada keku4tan bicara serta perubahan bhs pada anak-anak, tanpa ada dibarengi keterlambatan segi perubahan yang lain.
Biasanya mereka memiliki perubahan intelegensi serta sosial-emosional yang normal. Menurut riset, masalah ini terjadi atau dihadapi 5 hingga 10% anak-anak umur prasekolah serta lebih condong dihadapi oleh anak lelaki daripada wanita.
Dokter menyarankan supaya Shafraan turut Therapy Okupasi/Sensori Integrasi untuk mer4ngsang keku4tan bhs serta kosa tuturnya. Kemudian baru dilanjutkan ke Therapy Wicara.
Ya Allah... pernyataan dari dokter itu seperti guntur disiang bolong. Baru saya sadar sayalah penyebabnya Shafraan jadi begini.
Saya tidak ingin direpotkan dgn nada tangisan/rengekannya. Saya tidak ingin lihat tempat tinggal berantakan krn mainannya. Saya tidak ingin ribet. Saya tidak ingin lelah. Saya EGOIS. Tersebut kesalahan paling besar saya sebagai seseorang ibu. Serta baru saat ini mata saya terbuka lebar mengenai keadaan anak saya. Bagaimana dapat saya tak perduli pada hal semacam ini selama bertahun2? Bagaimana dapat saya menyia-nyiakan masa2 emas pertumbuhannya dgn menyibukkannya dengan gadget yg terang jelas tak ada fungsinya selain kesenangan sesaat?
Menyesal. Begitu menyesal. Kalau saat dapat diulang kembali tentu saya akan tidak melupakan peluang untuk mengajarkan dia bicara.
Tetapi nasi telah jadi bubur. Penyesalan juga tidak ada manfaat. Satu yang tentu yaitu bagaimana caranya melakukan perbaikan keadaan anak saya.
Sesudah berdiskusi dgn suami kami setuju kalau kami akan tidak mengikutsertkan Shafraan dlm therapy itu. Mengapa? Karena kami yakin kalau anak kami dapat serta bakal dapat bicara seperti anak2 sebayanya. Serta lantaran ini yaitu seutuhnya kesalahan kami sebagai orang-tua terutama saya sebagai ibunya jadi kamilah yg bakal bertanggungjwb seutuhnya tanpa ada campur tangan oranglain.
Mulai sejak hari itu pemakaian gadget ditiadakan. Awalannya dia nangis sembari minta tab namun dgn tegas saya katakan tab rusak. Besoknya dia minta lagi. Tetaplah saya katakan rusak. Selama lebih kurang satu minggu dia masihlah kerap memohon.
Namun alhamdulillah pada akhirnya dia mulai lupa dengan rutinitasnya yg dahulu serta mulai bikin aktivitas baru. Tak tahu itu lari2 kecil di dlm rumah, membuat mobil2an, main pesawat, memanjat tempat jemuran pakaian saya😂, membongkar laci buku kakak2nya, ngambil buku serta pensil trus mulai mencorat coret. Jemu dengan buku pindahlah dia corat coret ke dinding. Akhirnya? Rumah tak pernah dapat rapi. Mainan berantakan.
Namun ada perkembangan cepat pada diri Shafraan. Pembendaharaan tuturnya telah semakin banyak. Bahkan juga saat ini dia telah dapat bicara membuat kalimat. Meskipun masihlah belum sangat terang namun saya sangatlah bersukur dgn kondisinya saat ini.
Ini yaitu pelajaran untuk saya sebagai orang-tua. Kita sayang sama anak... orang-tua mana yg tidak?
Namun orang-tua juga mesti lebih jeli memisah mana yg dapat serta tak sepatutnya diberikan pada anak.
Jangan pernah krn pola asuh kita dapat beresiko jelek untuk hari esok mereka. Saya tak melarang atau menghakimi orang-tua yg masihlah memberi gadget pada anak2nya. Saya cuma sharing pengalaman saja. Jangan pernah apa yg terjadi pada Shafraan terjadi pada anak2 lain.
SAVE OUR CHILDREN FROM GADGET. BIARKAN MEREKA MENIKMATI GOLDEN AGE MEREKA DENGAN CARA ALAMI KARENA BELUM WAKTUNYA MEREKA BERSENTUHAN DENGAN CANGGIHNYA TEKNOLOGI😊
Sumber : Ummu Shafraan
Manado 04 Agustus 2016